BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi
banyak masalah. Permasalahan itu bukan saja merupakan masalah matematis, namun
matematika memiliki peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan
keseharian tersebut.
Ketika orang akan mengerjakan sesuatu, maka orang
tersebut mestinya menetapkan sasaran yang hendak dicapai. Untuk mencapai
sasaran tersebut seseorang harus memilih pendekatan yang tepat sehingga
diperoleh hasil yang optimal, berhasil guna dan tepat guna. Meskipun telah
dikatakan oleh Nisbet (1985) bahwa tidak ada cara belajar yang paling benar dan
cara mengajar yang paling baik, orang-orang berbeda dalam kemampuan
intelektual, sikap, dan kepribadian sehingga mereka mengadopsi
pendekatan-pendekatan yang karakteristiknya berbeda untuk belajar. Dari sini
dapat dikatakan bahwa masing-masing individu akan memilih cara dan gayanya
sendiri untuk belajar dan mengajar, namun setidak-tidaknya ada karakteristik
tertentu dalam pendekatan pembelajaran tertentu yang khas dibandingkan dengan
pendekatan lain.
Tidak sedikit guru matematika yang merasa kesulitan
dalam membelajarkan siswa bagaimana menyelesaikan problem matematika. Kesulitan
itu terjadi karena adanya pandangan yang mengatakan bahwa jawaban akhir dari permasalahan merupakan tujuan utama
dalam pembelajaran, sehingga prosedur siswa dalam menyelesaikan permasalahan
kurang bahkan tidak diperhatikan oleh guru karena terlalu berorientasi pada
jawaban akhir. Padahal perlu kita sadari bahwa proses penyelesaian suatu
problem yang dikemukakan siswa merupakan tujuan utama dalam pembelajaran
problem solving matematika.
Dilain hal, salah satu pembelajaran matematika yang
akhir-akhir ini sedang marak dibicarakan orang adalah pembelajaran menggunakan
pendekatan Open-Ended dan Realistik. Disini kami sebagai pemakalah akan
membahas Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Open-Ended dan
Realistik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pendekatan Open-Ended itu?
2.
Bagaimana orientasi Open-Ended
dalam pembelajaran matematika?
3.
Bagaimana mengkonstruksi problem?
4.
Bagaimana mengembangkan rencana
pembelajaran?
5.
Apa keunggulan dan kelemahan
pendekatan Open-Ended?
6.
Apa pendekatan Realistik itu?
7.
Bagaimana inovasi pembelajaran
matematika?
8.
Bagaimana pendekatan realistic
diantara pendekatan lain dalam pembelajaran matematika?
9.
Bagaimana prinsip-prinsip
pembelajaran realistic?
10. Bagaimana pertimbangan menggunakan pendekatan realistic?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan pendekatan Open-Ended
2.
Menjelaskan bagaimana orientasi
Open-Ended dalam pembelajaran matematika
3.
Mampu menjelaskan bagaimana
mengkonstruksi problem
4.
Menjelaskan bagaimana
mengembangkan rencana pembelajaran
5.
Menjelaskan keunggulan dan
kelemahan pendekatan Open-Ended
6.
Menjelaskan pendekatan Realistik
7.
Menjelaskan inovasi pembelajaran
matematika
8.
Menjelaskan pendekatan realistic
diantara pendekatan lain dalam pembelajaran matematika
9.
Menjelaskan prinsip-prinsip
pembelajaran realistic
10. Menjelaskan pertimbangan menggunakan pendekatan realistic
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan
Open-Ended
Menurut
Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang
benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau
soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan utamanya
bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana
sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau
metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.
Sifat
“keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara
dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang
mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam
kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau
pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan
berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.
Pembelajaran
dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada
siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab
masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang
benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam
proses menemukan sesuatu yang baru.
Tujuan dari
pembelajaran Open-Ended problem menurut Nohda (Suherman, dkk, 2003; 124) ialah
untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematika siswa
melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan
pola pikir matematika siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan setiap siswa.
Dalam
pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended, siswa diharapkan bukan hanya
mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu
jawaban. Menurut Suherman dkk (2003:124) mengemukakan bahwa dalam kegiatan
matematika dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek
berikut:
1. Kegiatan siswa harus
terbuka
Yang
dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus
mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas
sesuai kehendak mereka.
2. Kegiatan matematika
merupakan ragam berpikir
Kegiatan
matematika adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian dari
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau
sebaliknya.
3. Kegiatan siswa dan kegiatan
matematika merupakan satu kesatuan
Dalam
pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam
berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu. Meskipun pada umumnya
guru akan mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman
dan pertimbangan masing-masing. Guru bisa membelajarkan siswa melalui
kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau melalui
kegiatan-kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang
kemampuannya rendah. Pendekatan uniteral semacam ini dapat dikatakan terbuka
terhadap kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide matematika.
B. Orientasi
Pembelajaran Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika
Sama halnya
seperti ilmu-ilmu sosial, permasalahan atau soal-soal dalam matematika pun
secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah
masalah-masalah matematika tertutup (closed problems). Dan yang kedua adalah
masalah-masalah matematika terbuka (open problems).
Yang selama
ini muncul di permukaan dan banyak diajarkan di sekolah adalah masalah-masalah
matematika yang tertutup (closed problems). Di mana memang dalam menyelesaikan
masalah-masalah matematika tertutup ini, prosedure yang digunakannya sudah
hampir bisa dikatakan standar alias baku.
Akibatnya timbul persepsi yang agak keliru terhadap matematika. Matematika
dianggap sebagai pengetahuan yang pasti dan procedural. Sementara itu,
masalah-masalah matematika terbuka (open problems) sendiri hampir tidak
tersentuh, hampir tidak pernah muncul dan disajikan dalam proses pembelajaran
matematika di sekolah. Akibatnya bila ada permasalahan matematika macam ini,
soal atau permasalahan itu dianggap ‘salah soal’ atau soal yang tidak lengkap.[1]
C. Mengkonstruksi
Problem
Menurut
Suherman, dkk. (2003) mengkonstruksi dan mengembangkan masalah Open-ended yang
tepat dan baik untuk siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam tidaklah
mudah. Akan tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang dalam jangka
waktu yang cukup panjang, ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan
dalam mengkonstruksi masalah, antara lain sebagai berikut:
a. Menyajikan
permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana konsep- konsep matematika
dapat diamati dan dikaji siswa.
b. Menyajikan soal-soal
pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan
dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
c. Menyajikan
bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri).
d. Menyajikan urutan
bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
e. Memberikan beberapa
contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat
dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan
sifat-sifat yang umum.
f. Memberikan beberapa
latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasai dari pekerjaannya.
D. Mengembangkan
Rencana Pembelajaran
Setelah
guru menyusun suatu masalah open-ended dengan baik, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan rencana pembelajaran. Pada tahap ini hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Tuliskan respon siswa
yang diharapkan. Siswa diharapkan merespon masalah yang diberikan dengan
berbagai cara. Namun, mengingat kemampuan siswa dalam mengemukakan gagasan dan
pikirannya masih terbatas, maka guru perlu menuliskan daftar antisipasi respon
siswa terhadap masalah. Hal ini diperlukan sebagai upaya mengarahkan dan
membantu siswa memecahkan masalah sesuai dengan cara dan kemampuannya.
b. Tujuan yang harus
dicapai dari masalah yang diberikan harus jelas. Guru harus benar-benar
memahami peran masalah yang akan diberikan kepada siswa dalam keseluruhan
pembelajaran. Apakah masalah yang akan diberikan kepada siswa diperlakukan
sebagai pengenalan konsep baru atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajar
siswa. Berdasarkan berberapa hasil penelitian masalah open-ended efektif
digunakan untuk pengenalan konsep baru atau dalam merangkum kegiatan belajar.
c. Sajikan masalah
dengan cara dan bentuk yang menarik. Mengingat pemecahan masalah open-ended
memerlukan waktu untuk berpikir, maka konteks permasalahan yang disampaikan
harus dikenal baik oleh siswa dan harus menarik perhatian serta membangkitkan
semangat intelektual.
d. Berikan informasi
dalam masalah selengkap mungkin sehingga siswa dengan mudah dapat memahami
maksud dari masalah yang disampaikan. Masalah yang disajikan harus memuat
informasi yang lengkap sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dandapat
menemukan pemecahannya. Siswa dapat mengalami kesulitan memahami masalah dan
memecahkannya apabila penjelasan masalah terlalu ringkas. Hal ini bisa terjadi
karena guru bermaksud memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih cara dan
pendekatan pemecahan masalah.
e. Berikan waktu yang
cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi masalah Guru harus memperhitungkan
waktu yang dibutuhkan siswa untuk memahami masalah, mendiskusikan kemungkinan
pemecahannya, dan merangkum apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu guru
dapat membagi waktu dalam dua periode. Periode pertama, siswa bekerja secara
individual atau kelompok dalam memecahkan masalah dan membuat rangkuman dari
hasil pemecahan masalah. Periode kedua, digunakan untuk diskusi kelas mengenai
strategi dan pemecahan serta penyimpulan dari guru.
E. Keunggulan dan
Kelemahan Pendekatan Open-Ended
1. Keunggulan Pendekatan
Open-ended
Pendekatan
Open-ended memiliki beberapa keunggulan antara lain (Suherman, dkk, 2003):
a. Siswa berpartisipasi
lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
b. Siswa memiliki
kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan
matematika secara komprehensif.
c. Siswa dengan
kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka
sendiri.
d. Siswa secara
intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
e. Siswa memiliki
pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
2.
Kelemahan Pendekatan Open-ended
Di samping keunggulan, terdapat pula kelemahan dari pendekatan Open- ended,
diantaranya (Suherman, dkk, 2003):
- Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
- Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
- Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
Mungkin ada
sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan
karena kesulitan yang mereka hadapi.
F. Pengertian
Pendekatan Realistik
Realistic
Mathematics Education
adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real‘
bagi siswa, menekankan keterampilan ‘proses of doing mathematics’,
berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga
mereka dapat menemukan sendiri (‘student inventing‘ sebagai kebalikan
dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu
untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada
pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau
evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan, melatih nuansa demokrasi
dengan menghargai pendapat orang lain.
Salah satu
filosofi yang mendasari pendekatan realistik adalah bahwa matematika bukanlah
satu kumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah lengkap yang harus siswa
pelajari.
G. Inovasi Pembelajaran Matematika
Remberg
(1992) mengatakan bahwa dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan matematika,
individu atau kelompok dapat membuat suatu produk baru untuk memperbaiki suatu
pembelajaran, produk ini mungkin berupa produk materi pembelajaran baru, teknik
pembelajaran baru, ataupun program pembelajaran baru. Pengembangan produk baru
ini melibatkan proses engineering dengan cara menemukan bagian-bagian tertentu
dan meletakkannya kembali untuk membuat suatu bentuk baru.
Pengembangan
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik merupakan salah satu usaha
meningkatkan kemampuan siswa memahami matematika. Usaha-usaha ini dilakukan
sehubungan dengan adanya perbedaan antara materi yang dicita-citakan
oleh kurikulum tertulis (intended
curriculum) dengan materi yang diajarkan (implemented curriculum) serta
perbedaan antara materi yang diajarkan dengan materi yang dipelajari
siswa (realised curriculum).
H. Pendekatan
Realistik di antara Pendekatan Lainnya dalam Pendidikan Matematika
Secara umum
terdapat empat pendekatan pembelajaran matematika yang dikenal, Treffers (1991)
membaginya dalam mechanistic, structuralistic, empiristic, dan realistik.
Menurut
filosofi mechanistic bahwa manusia ibarat komputer, sehingga dapat
diprogram dengan cara driil untuk mengerjakan hitungan aatu algoritma tertentu
dan menampilkan aljabar pada level yang paling sederhana atau mungkin dalam
penyelesaian geometri serta berbagai masalah. Dalam filosofi strukturalistic,
yang secara historis berakar pada pengajaran geometri tradisional, bahwa
matematika dan sistemnya terstruktur secara baik. Selanjutnya, menurut filosofi
empiristic bahwa dunia adalah
kenyataan. Dalam pandangan kepada siswa disediakan berbagai empiristic yang
sesuai dengan dunia kehidupan para siswa. Dalam filosofi realistik ,
kepada siswa diberikan tugas-tugas yang mendekati kenyataan yaitu yang dari
dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya.
Dalam
kerangka Realistic Mathematics Education, Freudhental (1991) menyatakan
bahwa ‘mathematics must be connected
to reality and mathematics as human activity ’. Pertama, matematika harus
dekat terhadap siswa dan harus relevan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
Kedua, ia menekankan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia, sehingga siswa
harus di beri kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas semua topik dalam
matematika.
I.
Prinsip-prinsip pembelajaran Realistik
Prinsip-prinsip pembelajaran realistik dalam kurikulum matematika realistik
yaitu:
- Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika.
- Perhatian diberikan kepada pengembangan model-model, situasi, skema, dan simbol-simbol.
- Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, siswa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika informal menuju matematika formal.
- Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika
- Interwinning (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan.
Menurut Treffers dan Goffree (Alimuddin, 2004) bahwa masalah kontekstual
dalam kurikulum realistik, berguna untuk mengisi sejumlah fungsi:
- Pembentukan konsep: Dalam fase pertama pembelajaran, para siswa diperkenankan untuk masuk ke dalam matematika secara ilmiah dan termotivasi.
- Pembentukan model: Masalah-masalah konstekstual memasuki fondasi siswa untuk belajar operasi, prosedur, notasi, aturan, dan mereka mengerjakan ini dalam kaitannya dengan model-model lain yang kegunaannya sebagai pendorong penting dalam berpikir.
- Penerapan : masalah konstektual menggunakan reality sebagai sumber dan domain untuk terapan.
- Praktek dan latihan dari kemampuan spesifik dalam situasi terapan.
Prinsip
prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan
informal. Proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi. Dua jenis
matematisasi diformulasikan oleh Treffers (Suherman, 2001) yaitu matematisasi
horizontal dan vertikal.
J. Pertimbangan
Menggunakan Pendekatan Realistik
Pembelajaran
matematika menggunakan realistik sebagai satu alternatif dari sekian banyak
pendekatan yang dilakukan. Dalam hal ini pemakalah mencoba mengenalkan
pendekatan pembelajaran realistik, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap matematika. Pada dasarnya pendekatan realistik
membimbing siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika yang pernah
ditemukan oleh para ahli matematika atau bila memungkinkan siswa dapat
menemukan sama sekali hal yang belum pernah ditemukan. Ini dikenal sebagai guide
reinvention (Freudenthal,1991).
Implementasi
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik dilakukan oleh mahasiswa
yang telah memahami bagaimana pembelajaran realistik disampaikan, dan bagaimana
prinsip-prinsip pembelajaran realistik dilakukan, berkolaborasi dalam melakukan
penelitian pengembangan.
Dikaitkan
dengan prinsip-prinsip pembelajaran dalam matematika realistik berikut ini
merupakan rambu-rambu penerapannya:
- Bagaimana guru menyampaikan matematika konstektual sebagai starting pada pembelajaran.
- Bagaimana guru menstimulasi, membimbing, dan memfasilitasi agar prosedur algoritma, simbol, skema dan model yang dibuat oleh siswa mengarahkan mereka untuk sampai kepada matematika formal.
- Bagaimana guru memberi atau mengarahkan kelas, kelompok maupun individu untuk menciptakan free production.
- Bagaimana guru membuat kelas bekerja secara interaktif.
- Bagaiman guru membuat jalinan antara toik dengan topik lain.
Sebuah
laporan penelitian terhadap implementasi pembeljaran matematika berdasarkan
realistik mengatakan bahwa:
- sekurang-kurangnya telah mengubah sikap siswa menjadi lebih tertarik terhadap matematika
- pada umumnya siswa menyenangi matematika dengan pendekatan pembelajaran yang diberikan dengan alasan yang berbeda dari biasanya, pertanyaan-pertanyaannya menantang.
Beberapa
hasil rekomendasi hasil studi tersebut mengingatkan bahwa tidak ada cara
belajar dan yang mengajar yang terbaik (Nisbet, 1948), maka pendekatan
realistik perlu dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai alternatif dalam
pembelajaran matematika.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Siswa yang
dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan
jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan
jawaban, namun beberapa atau banyak. Dengan adanya pendekatan Open-Ended dalam
matematika, kemampuan siswa untuk berpikir matematika dapat berkembang secara
maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari pembelajaran
dengan open-ended yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif anatara
matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalaha
melalui berbagai strategi.
Realistic
Mathematics Education
adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real‘
bagi siswa, menekankan keterampilan ‘proses of doing mathematics’,
berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga
mereka dapat menemukan sendiri (‘student inventing‘ sebagai kebalikan
dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu
untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada
pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau
evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan, melatih nuansa demokrasi
dengan menghargai pendapat orang lain.
B. Kritik dan Saran
Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Kami tetap
berharap makalah ini tetap memeberikan manfaat bagi pembaca. Namun, saran dan
kritik yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami terima demi
kesempurnaan dimasa akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
http://zulfikarnasution.wordpress.com/2011/09/17/pendekatan-open-ended-dalam-pembelajaran-matematika/ diakses, selasa/25/10/2011.
Suherman,dkk.2001.
Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jica. Bandung.
[1] http://zulfikarnasution.wordpress.com/2011/09/17/pendekatan-open-ended-dalam-pembelajaran-matematika/
diakses, selasa/25/10/2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar